Minggu, 17 Maret 2013

Bahasa & Sastra

KATA PENGANTAR


      Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ”  ini. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
      Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
      Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini masih belum sempurna, karena itulah Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
      Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih telah membaca tugas ini dengan sebaik mungkin, semoga bermanfaat.


Tanjung, Desember 2011


Penulis

DAFTAR ISI



Kata Pengantar …………………………………………………………………..     i
Daftar Isi …………………………………………………………………………     ii

BAB I    PENDAHULUAN ……………………………………………………      1

BAB II   PEMBAHASAN   ………….………………………………………         2
               A.     Pengertian Sastra    …………………………….……….………      3
               B.     Raga Sastra    ..….………………………………………………      3
               C.     Perkembangan    ….…..………………………………..……..…      3
               D.     Unsur Instrinsik Dan Unsur Ekstrinsik ….………….…..………      3
              
BAB III Penutup             ………….………………………………………         9


DAFTAR PUSTAKA    ………………………………………………………..     

BAB I
PENDAHULUAN


        Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan pendukung yang sangat kecil telah berkembang menjadi bahasa Indenesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa local (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yng semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
        Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peran yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan bahwa masyarakat kawasn ini, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untu kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawawsan Asia pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peran kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukn pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi cosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada diberbagai etnis yang ada d Nusantara.
        Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia marginal dan tradisipnal) yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam raoman dan novel Indonesia. Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman Tenggelamnya kapar Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan, tokh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia yang baru, dunia yang global dengan tertatih-tatih.
        Dengan demikian, sastra Indonesia (dan Melayu) modern padahakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam globalisasi karena ia memangbersaa di dalamnya. Yang menjadi soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk menjadikan masyarakatnya memilikui posisi kuat di tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya).

BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN SASTRA
2.1      Pengertian Sastra 
                        Sastra (sansakerta : shastra) merupakan kata serapan dari bahasa sansakerta Sastra, yang berarti “teks yang yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar Sas- yang berarti “intruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
                        Selain dalam arti esusatraan. Sastra biasa dibagi menjadi sasta tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Sasta tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengeksplorasi pengalaman atau pemikiran.
2.2      Fungsi Sastra
                        Dalam kehidupan masyarakat sastra memilik beberapa fungsi, yaitu:
-              Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenengkan bagi pembacanya.
-              Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengaarhkan atau mendidik pembaacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
-              Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya.
-              Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca sehinggatahu moral yang baik danburuk, karena satra yang baik selalu mengandung moral yang inggi.
-              Fungsi religius, yaitu sastra menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran-ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sasra.


B.    RAGAM SASTRA
3.1      Pantun
                Pantun merupakan salah satu jenis puisilama yang sangan luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahas Jawa, misalnya dikenal parikan dan dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan. Pantun terdiri atas empat larik (empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a). Pantun pada umumnya merupakan sastra lisan namun sekarang dijympai juga pantun tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/dajak. Dua baris terahir adalah isi, yang merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Contoh:
            Banyak orang pandei berkitab
            Sedikit saja pandai bersyair
            Banyak orang pandai berakap
            Sedikit saja pandai berfikir
3.2      Puisi
                Puisi (dari bahasa Yunani Kuno) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan. Penekanan pada segi estetik. Suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Menurut beberapa ahli modern mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literature tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Contoh puisi:
Aku
Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa lari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hijdup seribu tahun lagi
3.3      Sajak
                        Sajak adalah persamaan bunyi. Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di akhir perkataan. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada baentukdan pilihan kata dalam puisi itu. Sajak terbagi enam jenis;
a.           Sajak Awal
        Ialah persamaan bunyi yang terdaspat pada awal kalimat
b.          Sajak Tengah
        Persamaan yang terdapat di tengan kalimat
c.           Sajak Akhir
        Sajak yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak ini terdapat hamper pada segala puisi lama dan puisi baru.
d.          Asonansi
        Persamaan bunyi hujruf hidup (voksal) yang terdapat dalam perkataan atau kalimat.
e.           Sejak Sempurna
        Dalam memilih perkataan untuk mencapai perasamaan bunyi, tiadalah selalu bunyi itu jatuh yang sempurna pada suara yang sama, ada yang mirip dan ada yang benar-benar tepat.
f.           Sajak Tak Sempurna
        Hanya bunyinya saja yang hamper bersamaan
3.4      Peribahasa
                        Peribahasa ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpaidalam kesusastraan lama. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan seharian orang pada masa dulu. Bila diselidiki isi dan jiwa yang terkandung dalam peribahasa itu, banyak bahan yang diambil dari sejarah, social, dan peri kehidupan mereka di zaman lampau itu. Misalnya, sekali air bah, sekali tepian berubah. Selain itu pribahasa yang seing digunakan hingga kini ialah dimana bumi dipjak disitu langit dijunjung. Peribahasa masih hidup dalam pergaulan sehari-hari dan banyak terdapat buku dan roman-roman baru
3.5      Majas/Gaya Bahasa
                        Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan pertautan.

C.    PERKEMBANGAN SASTRA
4.1      Pujangga Lama
                        Karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke-20. pada masa ini karya sastra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurundam, dan hikayat.
4.2      Sastra Melayu Lama
                Karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat sumata seperti “Langkat tapanui, Padang dan daerah Sumatra lainnya”. Karya sastra “Melayu Lama”:
4.3      Angkatan Balai Pustaka
                        Karya sastra di Indonesia sejak tahu 1920-1950, yang dipelopori oleh penerbit balai pustaka. Balai pustaka di dirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan cabul dan dianggap memiliki politis (liar)
4.4      Pujangga Baru
                        Pujangga baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadsap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutaa terhadap karaya sastra yang menyangkut rasa nasinalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra pujangga baruadalah sastra intelektual, nasionalitik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia.
4.5      Angkatan ‘45
                        Pengalaman hidup dan gejolak social-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Ankatan ’45. karya satra angkatan ini lebih relistik dibanding karya angkatan Pujangga baru yang raomantik-idealistik.



4.6      Angkatan 50-an
                        Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Cirri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan. Timbulah perpecahan dan polemic yang berkepanjangan diantara kalangan sastawan di Indonesia pada awal tahu 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk ke dalam politik praktis dab berakhi pada tahun1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
4.7      Angkatan 66 – 70-an
                        Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra horizon. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalamaliran sasta, munculnya karya sastra beraliran surrealistic, arus kesadaran, arkeup, absurd.
4.8      Dasawarsa 80-an
                        Sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sasta Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbaaimajalah dan penerbitan umum.

D.    UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK
                Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud iaslah unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsic ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema tokoh dan penokohan, alur dan pengeluaran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luasnya menyangkut aspeksosiologi, psikologi, dan lain-lain.
5.1      Unsur Intrinsik
a.           Tema dan amanat
b.          Tokoh dan penokohan
c.           Alur dan Pengaluran
d.          Latar dan Pelataran
e.           Pusat Pengisahan
f.           Karakter
g.          Karakterisasi
h.          Konflik
i.            Symbol
j.            Sudut Pandang
k.          Teknik Penggunaan Bahasa
5.2      Unsur Ekstrinsik
                        Unsur ekstrinsik sebuah karya sasta dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pastibewrhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan llingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi,filsafat, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP


      Secara teori sejarah kesusasteraan di Indonesia ini masih tergolong muda, belum sampai berumur satu abad, sehingga masih banyak lobang-lobang yang perlu di gali. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu bentuk kajian yang diharapkan mampu menarik dan menghidupkan sastra di Indonesia.
      Perlu di ketahui bahwa dengan mempelajari sastra berarti secara tidak langsung juga kita mempelajari sejarah yang membentuk sastra itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA


Agni, Binar. 2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Arifin, Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.
http://21eper.multiply.com/journal/item/40/unsur-ekstrensik-dalam-puisi
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/home-sastra-teater-penaku-pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra/
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta:PT. Raja Grafindo persada


 

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

Copyright © Gudang Artikel | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑