KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta
seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ” ini. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah
ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas
ini masih belum sempurna, karena itulah Penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih telah membaca tugas ini dengan sebaik mungkin, semoga bermanfaat.
Tanjung, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………………………….. i
Daftar
Isi ………………………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ………….……………………………………… 2
A. Pengertian Sastra …………………………….……….……… 3
B. Raga Sastra ..….……………………………………………… 3
C. Perkembangan ….…..………………………………..……..… 3
D. Unsur Instrinsik Dan Unsur Ekstrinsik ….………….…..……… 3
BAB III Penutup ………….……………………………………… 9
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia
telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan
bahasa Melayu dengan pendukung yang sangat kecil telah berkembang menjadi
bahasa Indenesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200
juta rakyat di Nusantara Indonesia.
Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu
telah “menggusur” sejumlah bahasa local (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia
yng semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan
menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan
bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang
bernama masyarakat Indonesia.
Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah
mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga
telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus
berlanjut. Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan
masyarakat dan peran yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa
depan. Diramalkan bahwa masyarakat kawasn ini, yaitu Indonesia, Malaysia,
Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu
global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih
jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses
globalisasi bahasa Melayu (baru) untu kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa
Melayu untuk kawawsan Asia pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan.
Peran kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan
ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukn pula
bagaimana perkembangan bahasa Indonesia
(dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama
memiliki tradisi cosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan
menggusur sastra tradisi yang ada diberbagai etnis yang ada d Nusantara.
Perubahan yang terjadi itu tidak hanya
menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan
permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia marginal dan tradisipnal)
yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh
dalam raoman dan novel Indonesia.
Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di
dalam roman Tenggelamnya kapar Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah
Asuhan, tokh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip
di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia
yang baru, dunia yang global dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, sastra Indonesia (dan
Melayu) modern padahakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang
mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam
globalisasi karena ia memangbersaa di dalamnya. Yang menjadi soal adalah
bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di
tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk
menjadikan masyarakatnya memilikui posisi kuat di tengah-tengah masyarakat
dunia (lainnya).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SASTRA
2.1 Pengertian
Sastra
Sastra (sansakerta : shastra) merupakan kata
serapan dari bahasa sansakerta Sastra, yang berarti “teks yang yang mengandung
intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar Sas- yang berarti “intruksi” atau “ajaran”.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu.
Selain dalam arti esusatraan. Sastra biasa
dibagi menjadi sasta tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Sasta tidak
banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana
untuk mengeksplorasi pengalaman atau pemikiran.
2.2 Fungsi
Sastra
Dalam kehidupan masyarakat sastra memilik
beberapa fungsi, yaitu:
-
Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan
hiburan yang menyenengkan bagi pembacanya.
-
Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengaarhkan
atau mendidik pembaacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang
terkandung didalamnya.
-
Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan
keindahan bagi pembacanya.
-
Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan
pengetahuan kepada pembaca sehinggatahu moral yang baik danburuk, karena satra
yang baik selalu mengandung moral yang inggi.
-
Fungsi religius, yaitu sastra menghasilkan
karya-karya yang mengandung ajaran-ajaran agama yang dapat diteladani para
pembaca sasra.
B. RAGAM SASTRA
3.1
Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisilama yang
sangan luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahas Jawa, misalnya
dikenal parikan dan dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan. Pantun
terdiri atas empat larik (empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan
pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a). Pantun pada umumnya merupakan sastra lisan
namun sekarang dijympai juga pantun tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas
dua bagian sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali
berkaitan dengan alam dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/dajak. Dua baris terahir
adalah isi, yang merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh:
Banyak
orang pandei berkitab
Sedikit
saja pandai bersyair
Banyak
orang pandai berakap
Sedikit
saja pandai berfikir
3.2
Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani Kuno) adalah seni tertulis
dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan. Penekanan
pada segi estetik. Suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan. Menurut beberapa ahli modern mendefinisikan puisi tidak sebagai
jenis literature tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber
segala kreativitas. Contoh puisi:
Aku
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa lari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hijdup seribu tahun lagi
3.3
Sajak
Sajak adalah persamaan bunyi. Persamaan yang
terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di akhir
perkataan. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama,
tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada baentukdan pilihan kata dalam puisi
itu. Sajak terbagi enam jenis;
a.
Sajak Awal
Ialah persamaan bunyi yang terdaspat pada awal kalimat
b.
Sajak Tengah
Persamaan yang terdapat di tengan kalimat
c.
Sajak Akhir
Sajak yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak ini terdapat
hamper pada segala puisi lama dan puisi baru.
d.
Asonansi
Persamaan bunyi hujruf hidup (voksal) yang terdapat dalam
perkataan atau kalimat.
e.
Sejak Sempurna
Dalam memilih perkataan untuk mencapai perasamaan bunyi,
tiadalah selalu bunyi itu jatuh yang sempurna pada suara yang sama, ada yang
mirip dan ada yang benar-benar tepat.
f.
Sajak Tak Sempurna
Hanya bunyinya saja yang hamper bersamaan
3.4
Peribahasa
Peribahasa ialah bentuk pengucapan yang
banyak dijumpaidalam kesusastraan lama. Peribahasa banyak digunakan dalam
kehidupan seharian orang pada masa dulu. Bila diselidiki isi dan jiwa yang
terkandung dalam peribahasa itu, banyak bahan yang diambil dari sejarah,
social, dan peri kehidupan mereka di zaman lampau itu. Misalnya, sekali air
bah, sekali tepian berubah. Selain itu pribahasa yang seing digunakan hingga
kini ialah dimana bumi dipjak disitu langit dijunjung. Peribahasa masih hidup
dalam pergaulan sehari-hari dan banyak terdapat buku dan roman-roman baru
3.5
Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan
maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili
perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni
majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan pertautan.
C. PERKEMBANGAN SASTRA
4.1 Pujangga
Lama
Karya sastra yang dihasilkan sebelum abad
ke-20. pada masa ini karya sastra di Indonesia di dominasi oleh syair,
pantun, gurundam, dan hikayat.
4.2 Sastra
Melayu Lama
Karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870 – 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat sumata seperti “Langkat
tapanui, Padang dan daerah Sumatra lainnya”. Karya sastra “Melayu Lama”:
4.3 Angkatan
Balai Pustaka
Karya sastra di Indonesia sejak tahu
1920-1950, yang dipelopori oleh penerbit balai pustaka. Balai pustaka di
dirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar
yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan cabul
dan dianggap memiliki politis (liar)
4.4 Pujangga
Baru
Pujangga baru muncul sebagai reaksi atas
banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadsap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutaa terhadap karaya sastra yang menyangkut
rasa nasinalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra pujangga baruadalah sastra
intelektual, nasionalitik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia.
4.5 Angkatan
‘45
Pengalaman hidup dan gejolak
social-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Ankatan ’45. karya satra
angkatan ini lebih relistik dibanding karya angkatan Pujangga baru yang
raomantik-idealistik.
4.6 Angkatan
50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya
majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Cirri angkatan ini adalah karya sastra
yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Pada angkatan ini
muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan. Timbulah perpecahan dan polemic
yang berkepanjangan diantara kalangan sastawan di Indonesia pada awal tahu 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk ke dalam politik praktis
dab berakhi pada tahun1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
4.7 Angkatan
66 – 70-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya
majalah sastra horizon. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.
Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalamaliran sasta,
munculnya karya sastra beraliran surrealistic, arus kesadaran, arkeup, absurd.
4.8 Dasawarsa
80-an
Sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah
tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita
yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi,
karya sasta Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbaaimajalah
dan penerbitan umum.
D. UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya.
Dua unsur yang dimaksud iaslah unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsic ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema tokoh dan penokohan,
alur dan pengeluaran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur
ekstinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luasnya menyangkut
aspeksosiologi, psikologi, dan lain-lain.
5.1 Unsur
Intrinsik
a.
Tema dan amanat
b.
Tokoh dan penokohan
c.
Alur dan Pengaluran
d.
Latar dan Pelataran
e.
Pusat Pengisahan
f.
Karakter
g.
Karakterisasi
h.
Konflik
i.
Symbol
j.
Sudut Pandang
k.
Teknik Penggunaan Bahasa
5.2 Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik sebuah karya sasta dari
luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tidak ada sebuah
karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pastibewrhubungan secara
ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti
tradisi sastra, kebudayaan llingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang
membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan
terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti
sosiologi, psikologi,filsafat, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Secara teori sejarah kesusasteraan di
Indonesia ini masih tergolong muda, belum sampai berumur satu abad, sehingga
masih banyak lobang-lobang yang perlu di gali. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu
bentuk kajian yang diharapkan mampu menarik dan menghidupkan sastra di
Indonesia.
Perlu di ketahui bahwa dengan mempelajari
sastra berarti secara tidak langsung juga kita mempelajari sejarah yang
membentuk sastra itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agni,
Binar. 2009. Sastra Indonesia
Lengkap. Jakarta:
Hi-Fest Publishing.
Arifin,
Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.
Endraswara,
Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Media Presinfo.
http://21eper.multiply.com/journal/item/40/unsur-ekstrensik-dalam-puisi
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/home-sastra-teater-penaku-pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra/
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas
Sastra Indonesia. Jakarta:PT.
Raja Grafindo persada